Anda mungkin pernah atau sering mendengar kata-kata : "Wanita adalah tiang negara". Atau "Wanita racun dunia". 2 quote yang sangat bertolak belakang ya?! Tapi inilah 2 sisi wanita yang menentukan nasib sebuah bangsa.
Sebetulnya wanita dilihat dari sisi kehambaan tiada yang berbeda dengan pria. Mereka sama-sama berperan sebagai hamba dan pemimpin sebagai mana termaktub dalam alqur'an surat Adz-dzariyat ayat 56 dan surat Al-baqoroh ayat 30. Hanya saja wanita berada di posisi mana mereka bisa memainkan peran yang dimandatkan Tuhannya.
Dalam kehidupannya wanita mengalami beberapa fase yang menakjubkan. Bahkan tidak akan ada yang bisa menyamai keunikan dalam fase-fasenya tersebut. Mulai dari fase balita, anak-anak, remaja yang mengalami haidh, dewasa menjadi wanita yang mengandung, melahirkan dan menyusui, membelai anak dan istri hampir 24 jam.
Mungkin wanita bisa memperbaiki genteng bocor, mengecat rumah,mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga. Tapi seorang pria tak akan pernah bisa mengandung, melahirkan dan menyusui. Hanya wanita saja yang bisa memberikan fasilitas itu.
Wanita yang cenderung mengutamakan emosi daripada logika dapat melengkapi kebutuhan seorang manusia akan keutuhan jiwanya. Ini bisa berdampak besar bagi masa depan seorang manusia. Dan bila ada 90% ibu yang baik di sebuah negara niscaya negara itu akan sejahtera. Itu menurut pandangan penulis, lho.
Baiklah kita bisa lihat contoh nyata seorang wanita yang menjalankan perannya sebagai hamba dan seorang khalifah fil ardl di posisinya sebagai istri seorang utusan Allah yaitu Khadijah radliallahu 'anha. Beliau adalah setangguh-tangguhnya tiang negara. Namun di sisi lain beliau sangat lembut mencurahkan kasih sayang kepada suami dan anak-anaknya. Dan sukses menjadi pemimpin bagi anak-anaknya. Khadijah mendukung sepenuh hati perjuangan suami menegakkan Islam hingga tercapailah apa yang menjadi cita-cita bangsa yaitu tegaknya sebuah negara Islam yang kuat pada waktu itu. Walaupun beliau sudah tiada ketika Islam sudah tegak dulu.
Apa yang terjadi bila ketika Rasulullah menggigil setelah mendapatkan wahyu pertama khadijah membiarkannya, tak menghiraukannya, hanya berdiam diri saja tidak berkonsultasi pada Waroqoh bin Naufal? Mungkin risalah Islam tidak akan sampai pada kita sekarang.
Akan tetapi beliau menanggapi keluh kesah suaminya lalu beriman sepenuhnya padanya dan mendukung perjuangan suaminya menuju puncak kesuksesan melewati onak berduri. Hingga nyawa pun akhirnya melayang karena penindasan dari golongan yang menentang perjuangan suaminya. Namun toh pada akhirnya negara yang sejahtera, adil dan makmur dapat tegak. Sungguh jasa beliau sangat besar bagi tegaknya negara Islam itu.
Bagaimana mungkin sebuah negara yang berisi orang-orang bejat dapat memberikan ketenangan bagi rakyatnya? Yang ada mereka saling tindas, saling tipu daya, menjual aset negara, berkhianat, menggadaikan negara ke tangan asing. Dan ini berawal dari mental para wanitanya sebagai pendidik awal bagi tiap manusia. Jadi pantaslah dikatakan bahwa jika wanitanya baik maka baiklah sebuah negara dan jika hancur wanita maka hancurlah negara.
Baiklah saya akan mengutarakan 2 peran penting wanita dalam menunjang kemajuan sebuah bangsa.
Yang pertama, wanita sebagai hamba Tuhan. Wanita adalah makhluq Tuhan yang diberi kewajiban mengabdi, taat, tunduk dan patuh padaNya sebagaimana halnya pria. Jika wanita dapat menjalankan perannya sebagai hamba dalam posisinya sebagai wanita (istri-ibu) maka tidak akan ada yang namanya korupsi. Mengapa demikian? Karena disinyalir para pelaku korupsi melakukan kecurangannya dikarenakan dorongan dari atau termotivasi oleh wanita. Sang istri selalu meminta apa yang tidak sanggup suaminya berikan, sehingga akhirnya sang suami mengambil jalan pintas untuk memenuhi keinginan istrinya dengan jalan korupsi. Atau seorang ibu menuntut sang anak meraih rangking terbaik di sekolah dengan tanpa menghiraukan kemampuan, bakat, minat sang anak bahkan lupa menanamkan kejujuran. Dia lupa mengenalkan bahwa Tuhan itu dekat, Dia selalu memperhatikan kita, Tuhan itu yang memberikan kita kehidupan. Sehingga anak-anak yang dia didik lupa akan Tuhannya. Dan apa yang akan terjadi jika nanti mereka menjadi pemegang kendali bangsa ini? Mau dibawa ke mana bangsa ini? Di sinilah perlunya seorang wanita yang menghamba hanya pada Tuhannya, bukan menghamba pada keinginannya.
Yang kedua, sebagai khalifah fil ardh atau sebagai pemimpin. Wanita di dalam rumah tangga adalah madrosatul aula atau sekolah pertama bagi anak-anaknya. Di sinilah peran seorang ibu dalam mencetak generasi yang tangguh, berkepribadian menakjubkan, berkarakter kuat. Bukan hanya yang pintar baca, tulis hitung saja atau menguasai bahasa asing dan teknologi. Karena semua keahlian materi jika dikuasai oleh orang biadab akan menjadikan negara sebagai budak keinginannya. Kita bisa melihat mungkin beberapa negara di belahan lain bumi kita banyak terjadi konflik dalam negeri yang terjadi akibat kepintaran menguasai teknologi tanpa dilandasi iman pada Sang Maha Pencipta. Pintar tapi pintar membuat senjata pemusnah masal. Huu...na'uudzubillaahi min dzaalik. Semoga tidak akan terjadi di negara kita.
Jadi sebenarnya apakah tolak ukur kesuksesan sebuah negara? Menurut penulis, majunya satu bangsa adalah ketika para wanitanya kembali pada fitrahnya semula. Kembali ke rumah mendidik dan memimpin anak-anaknya menjadi manusia berkualitas walaupun dia seorang pekerja kantor, pabrik atau apalah. Dan ketika para wanitanya memiliki iman yang kuat maka semakin kuatlah negara.
#IIDN7TAHUN #Emakpintar #IRTMenulis
Komentar
Posting Komentar